Dampak Friendshoring dan Nearshoring Pada Rantai Suplai dan Logistik RI (Investor.id)
JAKARTA, investor.id – Ketua Umum Ikatan Ahli Rantai Suplai (IARSI), Assoc. Prof. (Hon) R. Beniadi Setiawan mengungkapkan dua pendekatan, friendshoring dan nearshoring yang dapat memengaruhi rantai suplai dan logistik nasional. Dua pendekatan ini berimplikasi pada Indonesia, mengingat perekonomiannya yang sedang berkembang dan tantangan konflik geoekonomi yang dihadapi.
Menurut Beniadi, istilah friendshoring merujuk pada praktik memperoleh pasokan/suplai dari mitra yang dipercayai, tanpa memandang lokasi geografis. Umumnya, perusahaan yang memiliki hubungan kuat dengan pemasok dan berfokus pada kemitraan jangka panjang sering mengadopsi pendekatan ini.
Sementara dalam konteks global, Amerika Serikat (AS) telah mengambil langkah untuk memperkuat kemitraan dengan negara-negara yang dianggap dapat dipercaya. Tujuannya adalah mengurangi ketergantungan pada negara-negara yang mungkin memanfaatkan posisi dominan mereka dalam bahan baku, teknologi, atau produk kritis.
“Friendshoring memiliki potensi strategis, tetapi operasionalisasinya tidaklah mudah. Pertanyaan tentang bagaimana mengidentifikasi mitra yang dapat dipercayai, manfaat friendshoring bagi mereka, dan implikasi di luar perdagangan (seperti dalam pertahanan dan diplomasi) masih belum jelas,” ujar dia.
Sementara nearshoring, lanjut Beniadi, mengacu pada kecenderungan perusahaan untuk memperoleh pasokan dari negara-negara tetangga yang memiliki pandangan serupa atau nilai-nilai yang sejalan.
Ada pun tujuan dari diversifikasi tersebut adalah untuk mengurangi risiko dalam rantai pasok dan perdagangan.
Tetapi Beniadi mengatakan, ketergantungan pada kapal-kapal logistik asing telah menyebabkan defisit neraca jasa transportasi barang ekspor-impor. Bahkan Bank Indonesia mencatat bahwa defisit ini terus melebar, dan oleh karena itu, Indonesia perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk mengurangi dampak negatif pada rantai suplai dan ekonomi nasional.
“Hal ini termasuk memperkuat infrastruktur logistik, diversifikasi rute, dan peningkatan efisiensi. Juga menekankan pentingnya dialog dan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, asosiasi rantai suplai dan logistik, serta kalangan akademisi untuk mengatasi tantangan ini. Kami (IARSI) berkomitmen untuk menjadi platform bagi para ahli rantai suplai dan logistik dalam berbagi pengetahuan, pengalaman, dan solusi yang inovatif,” demikian penjelasannya.
Sebagai informasi, situasi geopolitik yang menegangkan dan ketidakstabilan di beberapa wilayah dilaporkan telah mendorong perusahaan-perusahaan untuk mencari alternatif yang lebih dekat secara geografis. Semisal, perusahaan yang sebelumnya mengandalkan impor dari China kini mempertimbangkan produksi di negara-negara seperti Vietnam dan Indonesia.